Anak SMA Ini Sudah Punya Empat Istri
Namanya Rudin. Dia seorang siswa SMK kelas XI jurusan Teknik Informatika. Dia hoby online. Lebih banyak di dunia ghaib alias dunia maya dibanding dunia nyata. Belakangan dia dikabarkan sudah punya istri empat. Berita aneh dan mustahil. Berikut kisah lengkapnya.
Istri Pertama
Anak muda jaman sekarang sudah biasa bergandengan tangan dengan lawan jenis. Tak perlu nikah, cukup katakan "I love you", jika diterima, maka peluk cium sudah boleh. Bahkan orang tua bangga jika ada yang ngapelin anak gadisnya tiap malam minggu. Rudin merasa tidak puas jika hanya mondar-mandir boncengan ngabisin uang. Mending tidak usah katanya, percuma berbuat dosa jika tidak memuaskan. Ia ingin yang lebih. Tetapi itu tidak mungkin karena ia masih sekolah.
Suatu ketika ia ke tempat foto copy langganan dia dan teman-teman sekolahnya, tapi ternyata antri. Ia pun mencari tempat lain dan menemukan di pinggiran kota. Kebetulan sepi. Seorang wanita keluar. Hmm... Mata Rudin tak bisa menutup, yang keluar seorang wanita cantik dan seksi, menurut Rudin. Dia masang kerudung tapi sambil berjalan. Sekilas Rudin melihat pemandangan indah dari bagian depan. Wajahnya bersih. Sungguh mempesona. Tapi dia sudah agak tua, kira-kira 37 tahun usianya. Tapi bagi Rudin masih sangat menawan.
Lama wanita itu ngelihatin Rudin. Rudin tidak sadar. "Mau foto copy?" tanyanya.
Rudin kaget. "Iya, Mbak...!!" Masih menatapnya. "Mbak punya suami?"
Mbak itu tersenyum. "Suami mbak meninggal."
"Mau jadi istri saya?"
Mbak itu kaget dan tertawa. Mungkin lucu ada brondong bilang begitu. Malam harinya Rudin kebayang terus. Ia membayangkan mbak tadi berbaring di tempat tidurnya. Tetapi ia ingin yang halal. Tidak mau jika belum menikah. Hasratnya memuncak. Ia pun nekad. Pagi-pagi ia ke sana lagi dan menyerahkan selembar kertas. Rupanya masih tutup. Rudin menunggu di depan. Mbak itu tiba-tiba keluar dari pintu tengah. Tahu Rudin megang kertas, ia langsung membuka foto copyannya.
"Jadi berapa?" tanyanya.
"Tidak usah difoto copy," jawab Rudin.
"Terus?"
"Dibaca."
Rudin mau menikahinya, tapi karena dirinya masih sekolah, dia minta nikah sirri saja agar dirinya bisa lanjut sekolah. Kertas itu langsung disobek dan dibuang keluar. Mbak itu marah. Rudin kecewa, tapi tidak menyerah. Sepulang sekolah ia ke rumah Pak De-nya untuk meminta ilmu pelet. Oleh Pak De-nya ia diberi pasir disuruh ditaburkan di depan rumah wanita itu atau ke dalam rumahnya kalau bisa.
Sore hari menjelang maghrib Rudin ke sana lagi. Ada tiga orang yang sedang foto copy. Rudin ragu. Tetapi justru ini kesempatan. Kalau tidak ada orang, mungkin ia tidak akan dilayani. Rudin ke situ. Mbak itu cuek. Rudin menjulurkan tangannya di atas etalase. Perlahan ia jatuhkan pasir sedikit-sedikit. Walau sedikit, yang penting masuk. Sebagian ia kibaskan agak ke tengah. Untung tak ada yang curiga.
Tiga orang tadi pergi.
Rupanya reaksinya cepat. "Kapan kita nikah?" Tanya Rudin sedikit berbisik.
Mbak itu tidak menjawab. Ia ambil kertas dan ditulisi nomor handphone dan pin BBM. "Lanjut nanti," katanya sambil menyodorkan krtas itu ke Rudin.
Sehabis sholat isyak Rudin menghubunginya lewat akun Whatsapp. "Kapan kita nikah?"
"Terserah kamu."
Tidak banyak pikir. Rudin langsung ke rumah Pak Sakir. Beliau teman Pak De-nya. Orangnya lucu, sangat humoris. Dia juga ahli urusan ghaib. "Kamu mau nikah?" tanyanya sama Rudin.
"Dah kebelet Pak De. Dari pada zina."
"HahaHahahaha... Edan kamu."
"Janda, tidak perlu wali kan Pak De?"
"Iya, tidak perlu. Ingat, jangan sampai hamil dulu...!!" nasehatnya.
"Sip."
Rudin meminta wanita itu untuk datang. Tanpa pikir dua kali, akibat pelet, ia pun datang ke tempat Rudin berada. Pernikahan segera dilaksanakan dengan sangat rahasia. Usai acara, langsung bubar. Keduanya sudah sah. Rudin senang. Besoknya di sekolah Rudin konsultasi sama teman sekolahnya yang pengalaman tidur di hotel atau penginapan gelap. Tentu saja ia diketawain. Tidak apa-apa, katanya, yang penting ia sudah halal.
Rudin mengajak istrinya ke suatu penginapan yang ia sewa sore hari. Di sana keduanya bebulan madu. Malam mereka lalui dengan begitu indahnya. Mereka tukar cerita. Rupanya ia sudah punya tiga anak. Anak pertamanya sudah kelas IX SMP, lebih muda sedikit dari Rudin. Anak keduanya kelas VI SD. Dan yang terakhir kelas III SD. Ia seakan lupa nak-anak di rumahnya.
Pagi datang. Rudin sangat puas walau bercinta di tempat persembunyian. Ia pulang sambil mikir, "Berarti, tiga anak menjadi tanggung jawabku..." mbatinnya. Ia masih sekolah, belum kerja. Tidak menafkahi istri dan anak itu dosa. Menikah dengan niat menjauhi dosa, jangan sampai malah berbuat dosa.
Istri Kedua
Rudin kerja jadi sales, jualan kerupuk seulang sekolah. Lumayan pendapatannya, meski masih kurang untuk tiga anak. Tetapi istrinya tidak menuntut. Ia juga punya penghasilan dari toko dan foto copyannya. Tetapi usia muda tetaplah usia muda. Keinginan bermain masih tinggi. Rudin mulai bosan bercinta dengan istrinya. Ia ingin yang beda. Ia ingin menikah lagi. Nafsunya menggila, tapi tetap tak mau yang haram. Ia juga tidak melirik wanita muda, takut nambah anak.
Gila. Ia melirik seorang penjual nasi depan sekolah. Ia adalah Bu Sarimah. Umurnya sudah 63 tahun. Sudah tua. Tetapi untuk muasin nafsu, bagi Rudin, itu tak apa. Tentu saja sudah tak cantik, tapi tubuhnya memang masih lumayan seksi. Seperti pada istri pertamanya, Rudin pake ilmu pelet. Bu Sarimah seperi tak sadar. Ia mau saja diajak nikah. Keduanya nikah sirri. Menurutu Rudin ini lebih baik daripada zina. Rudin lebih sering menginap di rumah Bu Sarimah, lebih gampang, tidak perlu sewa penginapan seperti dengan istri pertamanya.
Istri Ketiga
Sepertinya Rudin sudah tidak brhasrat untuk menikah lagi. Ia sudah cukup puas dengan dua istri. Usai kenaikan ke kelas tiga terdengar kabar guru agamanya kecelakaan. Suaminya meninggal. Rudin jadi sering memperhatikan beliau. Di sekolah beliau dikenal sangat baik dan dihormati. Beliau sering mengisi acara pengajian. Ia benar-benar jadi ibu bagi siswa-siswi di sekolah. Sekarang beliau terlihat merana.
Rudin turut sedih melihat wajah beliau yang tak seceria dulu. Tetapi, pikiran aneh Rudin datang. "Bagaimana jika aku menjadi suaminya? Mungkin beliau akan bahagia?" pikirnya. Menurutnya, tentu beda rasanya bercinta dengan wanita yang sedang sangat mengharap belaian lelaki. Ia sangat penasaran. "Tetapi beliau seperti ibu? Tapi bukan ibu kandung." Hasratnya memuncak.
Nekad. Seperti pada istri pertama dan kedua. Ia pelet guru agamanya. "Iya, aku mau," jawabnya saat diajak nikah sama Rudin. Keduanya menikah.
Istri Keempat
Istri Rudin yang keempat adalah dokter di daerahnya. Usianya juga sudah cukup tua. Sudah punya cucu. Sudah pensiun.
Istri Kedua Rudin Meninggal
Wajar, sudah cukup usia. Bu Sarimah tutup usia setelah sakit kurang lebih dua bulan. Kini istri Rudin tinggal tiga.
Suatu hari Rudin ngerjakan tugas bersama di rumah teman sekelasnya, Dicky. Mereka berlima: Lia, Anita, dan Sindi. Ibunya Dicky menyuguhi mereka makanan ringan dan minuman. Rudin melihatnya. Tubuh seksi dan berisi. Ia tergoda. Wajah kalem dengan pakaian longgar tertutup, tapi begitu seksi. Hasrat Rudin memuncak. Padahal usianya sudah 44 tahun. Tetapi sangat menawan hati Rudin. Tadi neneknya Dicky yang cerita kalau bapaknya Dicky sudah tiada, waktu mereka baru tiba di sana dan hingga kini ibunya tidak menikah lagi.
Namun, yang ini cukup berat bagi Rudin. Ia orang tua teman sekelasnya. Profesinya sebagai guru SD. Tetapi Rudin sangat berhasrat. Ia pun nekad. Seperti pada istri-istri lainnya, ia gunakan pelet. Tetapi, agak sulit untuk main ke rumah Dicky, karena bukan teman akrab. Hanya pas kebetulan saja satu kelompok dalam tugas Matematika ia main ke sana.
Tetapi ia tidak mau nyerah. Ia coba dekati Dicky, "Boleh main ke rumahmu lagi, nggak?" tanyanya.
Dengan polos Dicky menjawab, "Boleh."
Sepulang sekolah Rudin langsung ke rumah Dicky dengan membawa pasir pengasihan. Ternyata ibunya Dicky belum pulang, mungkin masih ada acara di sekolah. Tetapi, ia tabur saja pasirnya sedikit-sedikit. Rudin tanya-tanya tentang Dicky, PDKT. Tak lama kemudian ibunya Dicky datang dan masuk lewat pintu depan. Tentu saja menginjak pasir pelet.
Dari ruang tengah ia langsung melirik-lirik Rudin. Rudin paham. Pelet sudah masuk. Dicky tak merasa. Tak lama kemudian Ia kelur membawa minuman tanpa memakai kerudung. Pakaiannya sedikit minim. "Dicky, belikan ibu minyak goreng di Indomaret." Tentu saja Dicky langsung berangkat. Nenek Dicky di ruang belakang. Mereka berdua bebas. Ibunya Dicky menutup pintu dan duduk sangat dekat di samping Rudin. Rudin mengerti.
"Kamu tidak ingin brsuami lagi?" tanya Rudin.
"Sama siapa?" tanyanya dengan manja.
"Sama aku?"
Ia tersenyum. "Sekolahmu?"
"Kita nikah sirri dulu aja."
Ia memegang tangan Rudin dan menariknya ke kamar dan mengajak tidur di kasur. "Kita nikah dulu. Ini dosa." Rudin menahan nafsunya. "Kita komunikasi lewat HP, berapa nomormu?" Ia langsung memberikan nomor HP-nya dan mencuri kesempatan memeluk dan mencium Rudin.
Tarjet kena.
Keduanya menikah. Rudin beristri empat lagi. Malam pertama mereka nikmati di hotel. Dicky nelpon ibunya saat keduanya di kamar hotel. Rudin melihat HP istrinya berdering. Tetapi mereka sedang asik bercinta. Telepon diabaikan.
Dicky curiga karena ibunya sering tidak tidur di rumah. Ia mulai berfikir yang tidak-tidak tentang ibunya. Ia kecewa dan berniat tidak pulang juga ke rumah. Ia mengambil uang ibunya di dompetnya untuk sewa hotel. Dia ngajak teman sekolahnya yang sudah dikenal nakal. "Tumben kamu Dick? Udah tobat jadi orang baik?" Dicky cuek. Dia sedang marah.
Keduanya ke hotel.
Malam itu Dicky menyewa kamar nomor 16, dan di kamar nomor 15 ibunya bersama Rudin. Paginya mereka pas berbarengan keluar kamar. Terbongkar sudah rahasianya. Dicky sangat marah. Ia lari, ambil motor dan langsung tancap gas dan nahas ia ketabrak bus yang sedang melaju kencang. Ia meninggal. Ibunya menangis.
Apes.
Rudin meminta doa-doa pada Pak Sakir agar masalahnya segera beres dan dirinya aman.
Istri Pertama
Anak muda jaman sekarang sudah biasa bergandengan tangan dengan lawan jenis. Tak perlu nikah, cukup katakan "I love you", jika diterima, maka peluk cium sudah boleh. Bahkan orang tua bangga jika ada yang ngapelin anak gadisnya tiap malam minggu. Rudin merasa tidak puas jika hanya mondar-mandir boncengan ngabisin uang. Mending tidak usah katanya, percuma berbuat dosa jika tidak memuaskan. Ia ingin yang lebih. Tetapi itu tidak mungkin karena ia masih sekolah.
Suatu ketika ia ke tempat foto copy langganan dia dan teman-teman sekolahnya, tapi ternyata antri. Ia pun mencari tempat lain dan menemukan di pinggiran kota. Kebetulan sepi. Seorang wanita keluar. Hmm... Mata Rudin tak bisa menutup, yang keluar seorang wanita cantik dan seksi, menurut Rudin. Dia masang kerudung tapi sambil berjalan. Sekilas Rudin melihat pemandangan indah dari bagian depan. Wajahnya bersih. Sungguh mempesona. Tapi dia sudah agak tua, kira-kira 37 tahun usianya. Tapi bagi Rudin masih sangat menawan.
Lama wanita itu ngelihatin Rudin. Rudin tidak sadar. "Mau foto copy?" tanyanya.
Rudin kaget. "Iya, Mbak...!!" Masih menatapnya. "Mbak punya suami?"
Mbak itu tersenyum. "Suami mbak meninggal."
"Mau jadi istri saya?"
Mbak itu kaget dan tertawa. Mungkin lucu ada brondong bilang begitu. Malam harinya Rudin kebayang terus. Ia membayangkan mbak tadi berbaring di tempat tidurnya. Tetapi ia ingin yang halal. Tidak mau jika belum menikah. Hasratnya memuncak. Ia pun nekad. Pagi-pagi ia ke sana lagi dan menyerahkan selembar kertas. Rupanya masih tutup. Rudin menunggu di depan. Mbak itu tiba-tiba keluar dari pintu tengah. Tahu Rudin megang kertas, ia langsung membuka foto copyannya.
"Jadi berapa?" tanyanya.
"Tidak usah difoto copy," jawab Rudin.
"Terus?"
"Dibaca."
Rudin mau menikahinya, tapi karena dirinya masih sekolah, dia minta nikah sirri saja agar dirinya bisa lanjut sekolah. Kertas itu langsung disobek dan dibuang keluar. Mbak itu marah. Rudin kecewa, tapi tidak menyerah. Sepulang sekolah ia ke rumah Pak De-nya untuk meminta ilmu pelet. Oleh Pak De-nya ia diberi pasir disuruh ditaburkan di depan rumah wanita itu atau ke dalam rumahnya kalau bisa.
Sore hari menjelang maghrib Rudin ke sana lagi. Ada tiga orang yang sedang foto copy. Rudin ragu. Tetapi justru ini kesempatan. Kalau tidak ada orang, mungkin ia tidak akan dilayani. Rudin ke situ. Mbak itu cuek. Rudin menjulurkan tangannya di atas etalase. Perlahan ia jatuhkan pasir sedikit-sedikit. Walau sedikit, yang penting masuk. Sebagian ia kibaskan agak ke tengah. Untung tak ada yang curiga.
Tiga orang tadi pergi.
Rupanya reaksinya cepat. "Kapan kita nikah?" Tanya Rudin sedikit berbisik.
Mbak itu tidak menjawab. Ia ambil kertas dan ditulisi nomor handphone dan pin BBM. "Lanjut nanti," katanya sambil menyodorkan krtas itu ke Rudin.
Sehabis sholat isyak Rudin menghubunginya lewat akun Whatsapp. "Kapan kita nikah?"
"Terserah kamu."
Tidak banyak pikir. Rudin langsung ke rumah Pak Sakir. Beliau teman Pak De-nya. Orangnya lucu, sangat humoris. Dia juga ahli urusan ghaib. "Kamu mau nikah?" tanyanya sama Rudin.
"Dah kebelet Pak De. Dari pada zina."
"HahaHahahaha... Edan kamu."
"Janda, tidak perlu wali kan Pak De?"
"Iya, tidak perlu. Ingat, jangan sampai hamil dulu...!!" nasehatnya.
"Sip."
Rudin meminta wanita itu untuk datang. Tanpa pikir dua kali, akibat pelet, ia pun datang ke tempat Rudin berada. Pernikahan segera dilaksanakan dengan sangat rahasia. Usai acara, langsung bubar. Keduanya sudah sah. Rudin senang. Besoknya di sekolah Rudin konsultasi sama teman sekolahnya yang pengalaman tidur di hotel atau penginapan gelap. Tentu saja ia diketawain. Tidak apa-apa, katanya, yang penting ia sudah halal.
Rudin mengajak istrinya ke suatu penginapan yang ia sewa sore hari. Di sana keduanya bebulan madu. Malam mereka lalui dengan begitu indahnya. Mereka tukar cerita. Rupanya ia sudah punya tiga anak. Anak pertamanya sudah kelas IX SMP, lebih muda sedikit dari Rudin. Anak keduanya kelas VI SD. Dan yang terakhir kelas III SD. Ia seakan lupa nak-anak di rumahnya.
Pagi datang. Rudin sangat puas walau bercinta di tempat persembunyian. Ia pulang sambil mikir, "Berarti, tiga anak menjadi tanggung jawabku..." mbatinnya. Ia masih sekolah, belum kerja. Tidak menafkahi istri dan anak itu dosa. Menikah dengan niat menjauhi dosa, jangan sampai malah berbuat dosa.
Istri Kedua
Rudin kerja jadi sales, jualan kerupuk seulang sekolah. Lumayan pendapatannya, meski masih kurang untuk tiga anak. Tetapi istrinya tidak menuntut. Ia juga punya penghasilan dari toko dan foto copyannya. Tetapi usia muda tetaplah usia muda. Keinginan bermain masih tinggi. Rudin mulai bosan bercinta dengan istrinya. Ia ingin yang beda. Ia ingin menikah lagi. Nafsunya menggila, tapi tetap tak mau yang haram. Ia juga tidak melirik wanita muda, takut nambah anak.
Gila. Ia melirik seorang penjual nasi depan sekolah. Ia adalah Bu Sarimah. Umurnya sudah 63 tahun. Sudah tua. Tetapi untuk muasin nafsu, bagi Rudin, itu tak apa. Tentu saja sudah tak cantik, tapi tubuhnya memang masih lumayan seksi. Seperti pada istri pertamanya, Rudin pake ilmu pelet. Bu Sarimah seperi tak sadar. Ia mau saja diajak nikah. Keduanya nikah sirri. Menurutu Rudin ini lebih baik daripada zina. Rudin lebih sering menginap di rumah Bu Sarimah, lebih gampang, tidak perlu sewa penginapan seperti dengan istri pertamanya.
Istri Ketiga
Sepertinya Rudin sudah tidak brhasrat untuk menikah lagi. Ia sudah cukup puas dengan dua istri. Usai kenaikan ke kelas tiga terdengar kabar guru agamanya kecelakaan. Suaminya meninggal. Rudin jadi sering memperhatikan beliau. Di sekolah beliau dikenal sangat baik dan dihormati. Beliau sering mengisi acara pengajian. Ia benar-benar jadi ibu bagi siswa-siswi di sekolah. Sekarang beliau terlihat merana.
Rudin turut sedih melihat wajah beliau yang tak seceria dulu. Tetapi, pikiran aneh Rudin datang. "Bagaimana jika aku menjadi suaminya? Mungkin beliau akan bahagia?" pikirnya. Menurutnya, tentu beda rasanya bercinta dengan wanita yang sedang sangat mengharap belaian lelaki. Ia sangat penasaran. "Tetapi beliau seperti ibu? Tapi bukan ibu kandung." Hasratnya memuncak.
Nekad. Seperti pada istri pertama dan kedua. Ia pelet guru agamanya. "Iya, aku mau," jawabnya saat diajak nikah sama Rudin. Keduanya menikah.
Istri Keempat
Istri Rudin yang keempat adalah dokter di daerahnya. Usianya juga sudah cukup tua. Sudah punya cucu. Sudah pensiun.
Istri Kedua Rudin Meninggal
Wajar, sudah cukup usia. Bu Sarimah tutup usia setelah sakit kurang lebih dua bulan. Kini istri Rudin tinggal tiga.
Suatu hari Rudin ngerjakan tugas bersama di rumah teman sekelasnya, Dicky. Mereka berlima: Lia, Anita, dan Sindi. Ibunya Dicky menyuguhi mereka makanan ringan dan minuman. Rudin melihatnya. Tubuh seksi dan berisi. Ia tergoda. Wajah kalem dengan pakaian longgar tertutup, tapi begitu seksi. Hasrat Rudin memuncak. Padahal usianya sudah 44 tahun. Tetapi sangat menawan hati Rudin. Tadi neneknya Dicky yang cerita kalau bapaknya Dicky sudah tiada, waktu mereka baru tiba di sana dan hingga kini ibunya tidak menikah lagi.
Namun, yang ini cukup berat bagi Rudin. Ia orang tua teman sekelasnya. Profesinya sebagai guru SD. Tetapi Rudin sangat berhasrat. Ia pun nekad. Seperti pada istri-istri lainnya, ia gunakan pelet. Tetapi, agak sulit untuk main ke rumah Dicky, karena bukan teman akrab. Hanya pas kebetulan saja satu kelompok dalam tugas Matematika ia main ke sana.
Tetapi ia tidak mau nyerah. Ia coba dekati Dicky, "Boleh main ke rumahmu lagi, nggak?" tanyanya.
Dengan polos Dicky menjawab, "Boleh."
Sepulang sekolah Rudin langsung ke rumah Dicky dengan membawa pasir pengasihan. Ternyata ibunya Dicky belum pulang, mungkin masih ada acara di sekolah. Tetapi, ia tabur saja pasirnya sedikit-sedikit. Rudin tanya-tanya tentang Dicky, PDKT. Tak lama kemudian ibunya Dicky datang dan masuk lewat pintu depan. Tentu saja menginjak pasir pelet.
Dari ruang tengah ia langsung melirik-lirik Rudin. Rudin paham. Pelet sudah masuk. Dicky tak merasa. Tak lama kemudian Ia kelur membawa minuman tanpa memakai kerudung. Pakaiannya sedikit minim. "Dicky, belikan ibu minyak goreng di Indomaret." Tentu saja Dicky langsung berangkat. Nenek Dicky di ruang belakang. Mereka berdua bebas. Ibunya Dicky menutup pintu dan duduk sangat dekat di samping Rudin. Rudin mengerti.
"Kamu tidak ingin brsuami lagi?" tanya Rudin.
"Sama siapa?" tanyanya dengan manja.
"Sama aku?"
Ia tersenyum. "Sekolahmu?"
"Kita nikah sirri dulu aja."
Ia memegang tangan Rudin dan menariknya ke kamar dan mengajak tidur di kasur. "Kita nikah dulu. Ini dosa." Rudin menahan nafsunya. "Kita komunikasi lewat HP, berapa nomormu?" Ia langsung memberikan nomor HP-nya dan mencuri kesempatan memeluk dan mencium Rudin.
Tarjet kena.
Keduanya menikah. Rudin beristri empat lagi. Malam pertama mereka nikmati di hotel. Dicky nelpon ibunya saat keduanya di kamar hotel. Rudin melihat HP istrinya berdering. Tetapi mereka sedang asik bercinta. Telepon diabaikan.
Dicky curiga karena ibunya sering tidak tidur di rumah. Ia mulai berfikir yang tidak-tidak tentang ibunya. Ia kecewa dan berniat tidak pulang juga ke rumah. Ia mengambil uang ibunya di dompetnya untuk sewa hotel. Dia ngajak teman sekolahnya yang sudah dikenal nakal. "Tumben kamu Dick? Udah tobat jadi orang baik?" Dicky cuek. Dia sedang marah.
Keduanya ke hotel.
Malam itu Dicky menyewa kamar nomor 16, dan di kamar nomor 15 ibunya bersama Rudin. Paginya mereka pas berbarengan keluar kamar. Terbongkar sudah rahasianya. Dicky sangat marah. Ia lari, ambil motor dan langsung tancap gas dan nahas ia ketabrak bus yang sedang melaju kencang. Ia meninggal. Ibunya menangis.
Apes.
Rudin meminta doa-doa pada Pak Sakir agar masalahnya segera beres dan dirinya aman.
0 Response to "Anak SMA Ini Sudah Punya Empat Istri"
Post a Comment